Artikelku
POLA PIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA
MENGGUNAKAN TAHAPAN POLYA BERDASARKAN GENDER DAN KEMAMPUAN MATEMATIKA
Sri Rahayu1
Leni Rahmawati2
Dosen Prodi Pendidikan Matematika Universitas PGRI
Adi Buana Surabaya1
Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika Universitas
PGRI Adi Buana Surabaya2
Abstrak
Perbedaan gender bukan hanya berakibat pada perbedaan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah, tetapi cara memperoleh pengetahuan atau pola pikir
matematika setiap siswa juga berbeda-beda sehingga tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan pola
pikir siswa dalam menyelesaikan soal cerita menggunakan tahapan Polya berdasarkan
gender dan kemampuan matematika. Subjek
dalam penelitian ini adalah enam siswa yang terdiri dari kategori kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah yang diambil dari kelas VIII SMPN 10 Surabaya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif sehingga data yang
dikumpulkan melalui dokumentasi, tes, dan wawancara dianalisis sesuai tahapan
yang dikemukakan Miles dan Huberman dengan berdasarkan indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil
dari penelitian menunjukkan bahwa siswa laki-laki memiliki jawaban yang
lebih bervariasi, langkah yang digunakan tidak terbatas, dan juga tidak
memiliki kaidah negatif dalam mengambil tindakan maupun keputusan, sedangkan siswa perempuan siswa
perempuan yang jawabannya lebih memusatkan perhatian pada satu arah yang
dianggap penting, mengikuti jalcur yang pernah didapatkan dan memiliki kaidah
negatif yang membuatnya terbatas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa
laki-laki memiliki pola pikir divergen, sedangkan siswa perempuan memiliki pola
pikir konvergen.
Kata Kunci: pola pikir, gender, kemampuan matematika.
A. PENDAHULUAN
Dalam mempelajari
matematika, masih banyak siswa baik laki-laki maupun perempuan yang menganggap
matematika itu mata pelajaran sulit dan membosankan, terutama dalam
menyelesaikan soal cerita. Soal cerita adalah suatu pertanyaan
yang diuraikan dalam bentuk cerita dengan rangkaian kalimat yang bermakna dan
biasanya berhubungan dengan kegiatan sehari-hari. Sedangkan soal cerita matematika merupakan pengaplikasian matematika dan
pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hal tersebut,
aspek gender dalam pembelajaran matematika menjadi perhatian,
Gender merupakan istilah untuk mendeskripsikan perbedaan sosial antara
laki-laki dan perempuan, karena gender merupakan konstruksi yang sebenarnya
bukan bawaan lahir melainkan dapat dibentuk atau diubah tergantung dari tempat,
waktu, suku, sosial, dan sebagainya (Nugroho, 2008:38). Perbedaan gender bukan hanya berakibat pada perbedaan kemampuan, karena kemampuan
matematika adalah daya yang dimiliki seseorang dari hasil pembawaan dan latihan
untuk menyelesaikan soal atau masalah matematika. Namun, cara memperoleh pengetahuan matematika setiap siswa juga
berbeda-beda berdasarkan pola pikir setiap individu. Pola pikir adalah cara
seseorang menggunakan akal untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu yang
melibatkan kesadaran dan subjektivitas individu. Pola Pikir menurut Edward De
Bono terbagi menjadi dua tipe yang selaras dengan pernyataan dari Djamarah
(2011:34) yaitu :
a. Berpikir
Konvergen, berarti berpikir menuju satu arah yang benar atau satu jawaban yang
paling tepat atau satu pemecahan dari suatu masalah.
b. Berpikir
Divergen, berarti berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan diperoleh
jawaban-jawaban yang unik yang berbeda-beda tetapi benar.
Untuk memudahkan
dalam mendeskripsikan pola pikir dalam menyelesaikan soal cerita maka peneliti
menggunakan tahapan-tahapan dalam proses pemecahan masalah menurut Polya dalam
Nafi’an (2011:572) yaitu:
a. Memahami
masalah
Pada tahap ini siswa harus memahami
masalah atau soal yang diberikan dengan menunjukkan bahwa siswa dapat
menentukan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, apa syaratnya cukup ataukah
berlebihan untuk menyelesaikan soal yang diberikan.
b. Merencanakan
pemecahan masalah
Pada tahap ini siswa harus
menunjukkan hubungan antara yang diketahui dan yang ditanyakan dengan
menentukan cara yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal yang diberikan.
c. Melaksanakan
rencana pemecahan masalah
Pada tahap ini siswa harus
melaksanakan rencana yang telah ditetapkan pada tahap merencanakan pemecahan
masalah dengan menulis dan menjawab soal yang diberikan pada lembar jawaban.
d. Memeriksa
kembali solusi yang diperoleh
Pada tahap ini siswa melakukan
pengecekan setiap langkah yang dilakukan dan menguji solusi yang telah
diperoleh.
Melihat paparan di atas,
penelitian ini ingin menjawab permasalahan, Bagaimana pola pikir
siswa dalam menyelesaikan soal cerita menggunakan tahapan Polya
berdasarkan gender dan kemampuan matematika pada materi teorema Pythagoras di
kelas VIII SMP Negeri 10 Surabaya? Yang hasilnya diharapkan dapat bermanfaat
khususnya bagi guru matematika sebagai bahan referensi dalam upaya untuk
memperbaiki pembelajaran matematika agar lebih menyenangkan. Serta sebagai
informasi bagi para guru matematika mengenai pola pikir siswa dalam
menyelesaikan soal cerita. Dengan
demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pola
pikir siswa laki-laki dan perempuan dengan kemampuan matematika tinggi, sedang,
dan rendah dalam menyelesaikan soal cerita dengan menggunakan tahapan Polya.
B. METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang berbentuk studi kasus, yang
bertujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan pola pikir siswa SMP baik laki-laki maupun perempuan dengan
kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah dalam menyelesaikan soal cerita
dengan menggunakan tahapan Polya. Data yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini adalah data primer berupa nilai rata-rata ulangan harian materi sebelumnya,
hasil tes subjektif dan hasil wawancara terhadap subyek terkait yaitu siswa SMP
Negeri 10 Surabaya kelas VIII. Adapun sumber data pada penelitian ini adalah
kata-kata dan tindakan yang diperoleh dari enam siswa SMP Negeri 10 Surabaya
kelas VIII. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi metode tes, dan metode wawancara. Instrumen penelitian menggunakan
lembar tes, dan lembar wawancara.
Dalam
penelitian ini, tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam Fuad dan Nugroho,
2014:16 - 18) yaitu:
1. Reduksi
data
a. Mengorganisir
siswa melalui data dokumentasi sesuai kategori kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah menurut Arikunto dalam Visitasari dan Siswono (2013) sebagai berikut:
1) Kemampuan
Tinggi (ST): nilai ≥ 88
2) Kemampuan
Sedang (SS): 59 < nilai < 88
3) Kemampuan
Rendah (SR): nilai ≤ 59
b. Mengkategorikan
dan mengoreksi hasil pekerjaan siswa sesuai indikator yang akan digunakan untuk
menentukan subjek penelitian.
Adapun indikator pola pikir siswa dalam
menyelesaikan soal matematika bentuk cerita yang digunakan dalam menganalisis
data sebagai berikut:
Tabel
3.1 Indikator Pola Pikir Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Menggunakan
Tahapan Pemecahan Masalah Polya
Tahap Penyelesaian
|
Konvergen
|
Divergen
|
Memahami Masalah
|
Siswa memilih satu cara yang pasti
untuk dapat mengungkapkan informasi baik diketahui maupun ditanya dari soal
|
Siswa memikirkan beberapa cara yang
kemungkinan dapat untuk mengungkapkan informasi baik diketahui maupun ditanya
dari soal
|
Merencanakan Pemecahan Masalah
|
Siswa menentukan cara yang sesuai
dengan yang pernah diajarkan
|
Siswa menentukan cara yang bervariasi
atau terdapat modifikasi dari yang pernah diajarkan
|
Memecahkan Masalah
|
Siswa menuliskan tahapan secara
berurutan, terpatri label-label yang pernah diajarkan, dan dapat menyimpulkan
dengan detail
|
Siswa menuliskan tahapan yang tidak
berurutan, tidak terpatri pada label-label yang diajarkan, dan
menyimpulkannya secara umum
|
Memeriksa Kembali
|
Siswa memeriksa kembali secara teliti
|
Siswa memeriksa dengan sekadar membaca
|
c. Melakukan
penyerdehanaan pada data hasil wawancara menjadi susunan bahasa yang baik dan
rapi.
2. Penyajian
data
a. Menyajikan
hasil pekerjaan siswa yang telah dipilih sebagai subjek penelitian melalui
kesesuaian indikator pada tahap reduksi.
b. Menyajikan
hasil wawancara yang telah direkam pada tape recorder dalam bentuk
tulisan.
3. Penarikan
kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan
pemaknaan terhadap data yang telah dikumpulkan. Pemaknaan tersebut dilakukan
berdasarkan pola-pola yang sudah tergambarkan dalam penyajian data.
Dalam penelitian
ini pengujian keabsahan data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi.
Namun, tidak menggunakan semua jenis teknik triangulasi, melainkan hanya
menggunakan triangulasi teknik menurut Sugiyono. Karena sangat sulit
bagi peneliti untuk dapat melaksanakan semua teknik tersebut. Adapun cara yang
ditempuh peneliti dalam triangulasi teknik adalah:
1. Mengecek
balik data yang diperoleh melalui teknik tes dengan menggunakan teknik
wawancara.
2. Membandingkan
antara hasil tes dengan hasil wawancara.
C. HASIL DAN
PEMBAHASAN
1.
Hasil
Penelitian
Hasil
mengelompokkan siswa dalam tiga kelompok kemampuan matematika yaitu siswa
berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan data dokumentasi rata-rata
nilai ulangan harian siswa dengan kriteria menurut Arikunto. Maka didapatkan
hasil sebagai berikut:
|
KELAS
|
KEMAMPUAN
|
JUMLAH SISWA
|
|
LAKI-LAKI
|
PEREMPUAN
|
||
VIII-G
|
Tinggi
|
4
|
8
|
Sedang
|
11
|
12
|
|
Rendah
|
4
|
-
|
|
VIII-H
|
Tinggi
|
-
|
3
|
Sedang
|
8
|
21
|
|
Rendah
|
5
|
2
|
|
VIII-I
|
Tinggi
|
3
|
3
|
Sedang
|
10
|
19
|
|
Rendah
|
2
|
-
|
|
VIII-J
|
Tinggi
|
-
|
4
|
Sedang
|
9
|
18
|
|
Rendah
|
4
|
-
|
Berdasarkan
hasil pengelompokan siswa kelas VIII tersebut, maka peneliti melakukan tes
pemecahan masalah materi teorema Pythagoras yang terdiri dari tiga butir soal
berbentuk kartu terhadap siswa, dengan tujuan untuk menentukan enam siswa
sebagai subjek penelitian yang terdiri dari satu siswa laki-laki dan satu siswa
perempuan dari masing-masing kelompok. Pemilihan subjek dilakukan dengan cara
menganalisis hasil tes pemecahan masalah para siswa yang sesuai indikator
pemecahan masalah. Selain itu, pemilihan
juga melalui bantuan atau saran dari guru mata pelajaran matematika untuk
memilih siswa yang mempunyai keberanian dan kemauan dalam melaksanakan wawancara.
Hal ini dilakukan karena guru mata pelajaran matematika lebih mengetahui
karakter siswa sehingga memudahkan peneliti dalam proses penelitian. Berikut
ini daftar siswa yang terpilih sebagai subjek penelitian:
|
No.
|
Nama Subjek
|
Jenis Kelamin
|
Kelompok
|
Kode Siswa
|
1.
|
Kurnia
Lazzuardi
|
Laki-laki
|
Tinggi
|
LT
|
2.
|
Rachmad
Baktiar Luis
|
Laki-laki
|
Sedang
|
LS
|
3.
|
Bagus Pratama
W.
|
Laki-laki
|
Rendah
|
LR
|
4.
|
Intan Arilia
Sughesti
|
Perempuan
|
Tinggi
|
PT
|
5.
|
Adiva Wahyu
Azzahra
|
Perempuan
|
Sedang
|
PS
|
6.
|
Findriani
Aprilia
|
Perempuan
|
Rendah
|
PR
|
Subjek
penelitian tersebut akan mengikuti kegiatan wawancara terhadap soal-soal yang
sudah dikerjakan. Berikut ini temuan penelitian yang didapatkan peneliti pada
proses penelitian melalui tes pemecahan masalah dan wawancara terhadap subjek
penelitian:
a. Temuan Penelitian pada Siswa LT
Siswa tidak menuliskan apa yang
diketahui dan ditanya, tetapi siswa dapat mengungkapkan semua informasi yang
ada secara keseluruhan dengan baik yang didapatkan dengan cara membaca soal dan
memperhatikan gambar, dalam merencanakan pemecahan memilih cara yang tepat
dengan sebagian ada yang dimodifikasinya menjadi lebih simpel dengan
lompatan-lompatan tanpa terpatri label-label tertentu terlihat pada jawaban
dari soal 1, 2, dan 3 pemisalan yang digunakan berubah-ubah tetapi hasil akhirnya
benar semua, dan menyimpulkan secara umum serta sangat yakin dengan jawabannya
tanpa melakukan pemeriksaan kembali.
b. Temuan Penelitian pada Siswa LS
Siswa tidak menuliskan apa yang
diketahui dan ditanya tetapi, siswa
dapat mengungkapkan semua informasi yang ada secara keseluruhan dengan baik
yang didapatkan dengan cara membaca soal dan memperhatikan gambar, dalam
merencanakan pemecahan pada soal 1 siswa memilih cara yang berbeda dari yang
diajarkan, untuk soal 2 dan 3 sesuai yang diajarkan. Untuk pelaksanaan rencana
pemecahan siswa menggunakan pemisalan dengan label yang sama tetapi dengan
tahapan yang berbeda-beda dan penyimpulannya sesuai dengan kalimat yang dibaca
pada soal. Pada tahap pemeriksaan siswa hanya sekedar melihat kembali jawaban
dan berkata yakin dengan jawabannya.
c. Temuan Penelitian pada Siswa LR
Siswa tidak menuliskan apa yang
diketahui dan ditanya dan siswa
kesulitan serta membutukah bantuan dalam mengungkapkan semua informasi yang ada
secara keseluruhan dengan baik yang didapatkan dengan cara membaca soal dan
memperhatikan gambar, dalam membuat rencana pemecahan cukup tepat namun hanya
sebagian dan pemecahan hampir semua tidak sesuai dengan rencana yang telah
dibuat. Pada tahap pemeriksaan siswa hanya sekedar melihat kembali jawaban
namun tetap tidak yakin dengan jawabannya dan belum bisa menyimpulkannya.
d. Temuan Penelitian pada Siswa PT
Siswa menuliskan dan dapat
mengungkapkan apa yang diketahui dan ditanya dengan baik yang didapatkan dengan
cara membaca soal, dalam merencanakan pemecahan memilih cara yang tepat sesuai
dengan yang diajarkan sebelumnya dengan pelaksanaan pemecahannya secara tahapan
yang berurutan dan menggunakan label-label yang terpatri dari soal 1, 2, dan 3
serta menyimpulkan secara detail seperti yang ditulis pada lembar jawaban.
Tahap pemeriksaan kembali jawaban dilakukan dengan teliti oleh siswa.
e. Temuan Penelitian pada Siswa PS
Siswa tidak menuliskan apa yang
diketahui dan ditanya tetapi, siswa
dapat mengungkapkan apa yang diketahui dan ditanya dengan baik, kecuali soal 3
siswa ada pemahaman yang berbeda, informasi tersebut didapatkan dengan cara
membaca soal yang dianggap dengan cara membaca soal lebih mendapatkan informasi
yang akurat. Dalam merencanakan pemecahan masalah siswa memulainya dengan
membuat sketsa selanjutnya dikerjakan dengan rumus pythagoras sesuai yang
dipahami pada soal. Untuk pelaksanaan rencana pemecahan siswa melaksanakan
sesuai yang direncanakan secara berurutan dan terpatri dengan label-label
seperti yang diajarkan serta penyimpulannya secara detail. Untuk tahap
pemeriksaan kembali dilakukan oleh siswa dengan teliti.
f. Temuan Penelitian pada Siswa PR
Siswa sebagian menuliskan apa yang
diketahui dan ditanya karena siswa masih
kesulitan dalam memahami soal. Namun, siswa cukup percaya diri mengungkapkan
yang diketahui dan ditanya sesuai yang siswa dapatkan dari membaca soal dan
terkadang mencoba mencari informasi dari yang lain. Untuk tahap perencanaan
pemecahan sebagian sudah dilakukan dengan cara yang benar. Sedangkan untuk
tahap pemecahan siswa terpatri dengan cara yang dipelajari walaupun labelnya
tidak terpatri, siswa juga menuliskan secara berurutan dengan baik serta
pengambilan kesimpulan secara detail dengan bahasa yang baik. Tahap pemeriksaan
kembali dilakukan oleh siswa dengan masih memikirkan adanya kesalahan atau
tidak.
2.
Pembahasan
Berikut ini
pembahasan mengenai pola pikir siswa dalam menyelesaikan soal matematika bentuk
cerita berdasarkan gender dan kemampuan matematika:
a. Pola pikir siswa laki-laki dalam menyelesaikan soal
cerita menggunakan tahapan Polya berdasarkan kemampuan matematika
Terkait dengan
data yang didapatkan dari subjek LT, LS, dan LR,
berarti pola berpikir siswa laki-laki dalam cara memahami masalah mencakup
semua informasi yang ada pada soal tanpa merasa terbatas atau memilah-milah
yang penting saja, sehingga subjek dapat mengungkapkan secara lengkap dan
percaya diri meskipun banyak pengaruh. Pengaruh yang dimaksud adalah adanya
gambar pada soal, pertanyaan peneliti saat wawancara, dan pengetahuan yang
dimiliki oleh subjek sebelumnya.
Rencana
pemecahan masalah yang digunakan subjek adalah strategi mengaitkan dari yang diketahui dengan yang
ditanyakan tanpa menghiraukan kaidah negatif dari memodifikasi cara-cara yang
sudah pernah diajarkan ataupun dengan cara yang berbeda dari yang diajarkan.
Dalam tahap ini subjek mengungkapkan argumen secara jelas dan singkat.
Dalam pemecahan
masalah, subjek menyelesaikan secara lompatan atau tidak berurutan karena
subjek tidak membatasi penyelesaian yang dibuat harus benar dan sesuai dengan
yang diajarkan sebelumnya, karena pada tahap ini juga dipengaruhi oleh seberapa
banyak pengetahuan yang dimiliki siswa.
Pada tahap
memeriksa kembali dalam proses dan hasil penyelesaian hampir tidak dilakukan.
Adapun tahap memeriksa kembali dilakukan hanya dengan membaca kembali tanpa
melakukan analisis langkah-langkah yang telah dibuat. Sehingga pemahaman subjek
terhadap langkah memeriksa hanya diartikan membaca kembali, dan subjek
mengatakan bahwa hasil pekerjaan diyakini benar.
b. Pola pikir siswa perempuan dalam menyelesaikan soal
cerita menggunakan tahapan Polya berdasarkan kemampuan matematika
Berdasarkan data
hasil temuan yang didapatkan dari subjek PT, PS, dan PR,
berarti pola pikir siswa perempuan dalam menyelesaikan soal matematika bentuk
cerita sebagai berikut:
Dalam tahapan
memahami soal siswa memilah-milah informasi dengan menggunakan cara membaca
soal yang dianggap lebih lengkap dalam mencari informasi dibandingkan cara lain
walaupun sebagian ada yang memperhatikan cara lain untuk menambah informasi
atau sekedar mencari kebenaran informasi yang didapatkan saja.
Untuk tahap
merencanakan pemecahan masalah dilakukan dengan memilih cara yang sesuai dengan
yang pernah siswa pelajari sebelumnya yang dianggap itulah satu-satunya cara
yang benar, sehingga sebagian siswa yang kurang memahami masalah tetap berusaha
memikirkan dan mengingat cara yang pernah dipelajari agar tidak salah.
Dari hasil penjabaran di atas, peneliti menyatakan
bahwa siswa laki-laki dengan siswa perempuan memiliki keunggulan masing-masing
dalam menyelesaikan soal cerita. Dari siswa laki-laki lebih berani dalam
memunculkan berbagai kemungkinan yang ada tanpa batas, namun siswa laki-laki
kurang teliti dan kurang dapat mengkomukasikan dengan baik yang terlihat dalam
penggunaan bahasa dalam wawancara. Sedangkan siswa perempuan memiliki
keunggulan dalam berkomunikasi dan ketelitian meskipun siswa perempuan lebih
terpatri untuk mengikuti langkah-langkah yang sudah ada, daripada memunculkan
hal-hal yang serba kemungkinan kebenarannya.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan
temuan penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Pola
pikir siswa laki-laki dalam menyelesaikan soal matematika bentuk cerita
mengarah pada indikator berpikir divergen. Hal ini dapat dilihat dari cara
siswa laki-laki menyelesaikan soal materi teorema Pythagoras yang diberikan
peneliti dan dapat dilihat juga dari hasil wawancara yang mana siswa laki-laki
memiliki jawaban yang lebih bervariasi, langkah yang digunakan tidak terbatas,
dan juga tidak memiliki kaidah negatif dalam mengambil tindakan maupun
keputusan.
b. Pola
pikir siswa perempuan dalam menyelesaikan soal matematika bentuk cerita
mengarah pada indikator berpikir konvergen. Hal ini dapat dilihat dari cara
siswa laki-laki menyelesaikan soal materi teorema Pythagoras yang diberikan
peneliti dan dapat dilihat juga dari hasil wawancara yang mana siswa perempuan
yang jawabannya lebih memusatkan perhatian pada satu arah yang dianggap
penting, mengikuti jalur yang pernah didapatkan dan memiliki kaidah negatif
yang membuatnya terbatas dalam melakukan sesuatu karena beranggapan yang
dilakukan harus tepat.
E. DAFTAR PUSTAKA
Amir MZ, Zubaidah. 2013. “Perspektif Gender dalam
Pembelajaran Matematika”. Marwah. Vol. XII No. 1 Juni 2013, pp.
14 – 31.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi
pendidikan edisi-2. Jakarta: Bumi Aksara.
De Bono, Edward. 1989. Berpikir Lateral.
Jakarta: Erlangga.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Fuad, Anis dan Kandung Sapto Nugroho. 2014. Panduan
Praktis Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hamzah, H.M. Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan
dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian
Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nafi’an, Muhammad Ilman. 2011. “Kemampuan Siswa
dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau
Dari Gender Di Sekolah Dasar”. Prosiding Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika. 3 Desember 2011, pp. 571 – 577.
Nugroho, Riant. 2008. Gender dan Administrasi
Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Visitasari, Riska dan Tatag Yuli Eko Siswono. 2013. Kemampuan Siswa
Memecahkan Masalah Berbentuk Soal Cerita Aljabar Menggunakan Tahapan Analisis
Newman. https://www.scribd.com
/document_downloads/direct/143855905?extension=pdf&ft=1441152224<=1441155834&user_id=252948826&uahk=JoG28xd5ubu20o+0aftbGElhsB0
. Diakses tanggal 02 September 2015
Pukul 07.04.
Komentar
Posting Komentar